Sunday Service (M871) | Mount Zion Church | 26 Mei 2019 | Lapar dan Haus akan Allah | Mazmur 42:1-2
Mat 5:6 Berbahagialah orang yg lapar & haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Rasa lapar dan haus diberikan Allah ketika Allah menciptakan manusia, supaya tetap sehat dan kuat. Tanpa rasa lapar dan haus, orang bisa lupa makan, minum. Organ2 tubuh perlu makan minum supaya bisa berfungsi dengan baik. Di samping itu Tuhan juga memperlengkapi dengan rasa kenyang, puas, supaya tidak kelewatan makan. Kalau sudah kenyang tidak bisa diisi lagi. Begitu teliti dan cermatnya Tuhan menciptakan manusia yang sangat berharga di mata Allah. Tuhan mau kita sehat jasmani, tubuh luar kita terpelihara dengan baik. Kalau tubuh kita sakit, nafsu makan minum berkurang, bisa hilang, tetapi harus dipaksa makan minum supaya bisa segera sembuh. Kalau tetap tidak bisa masuk harus diinfuse. Tuhan juga memberi kita rasa lapar dan haus secara rohani, supaya sehat rohani, roh kita juga sehat, terpelihara/ 1Tes5:23, juga hidup menjadi bahagia. Rasa lapar dan haus akan kebenaran. Firman-Ku adalah kebenaran/ Yoh17:17. Hidup rohani yang wajar, sehat dan bahagia, selalu lapar dan haus akan kebenaran. Firman itu adalah Allah sendiri. Tuhan Yesus adalah Allah. Kita harus selalu haus akan Allah, haus akan hadirat-Nya.
Hauskah Kita Pada Masa Kesesakan?
Rasa haus akan Allah yang ditulis oleh bani Korah dalam Maz42:1-2, seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, ternyata dinyanyikan pada saat dalam kesesakan/ Maz42:5,11/ 43:5, pada saat Allah tidak nyata dan orang-orang berkata, mana Allahmu?/Maz42 3,10 dan merasa dilupakan Tuhan/ Maz42:9. Pada saat gundah gulana, ia teringat “Bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan sorak sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang2 yang mengadakan perayaan”/ Maz42:4. Berarti dia adalah seorang yang mengasihi Tuhan, bergairah dalam ibadah, tetapi bisa mengalami stress berat.
Orang yang mengasihi Tuhan, Tuhan izinkan mengalami kesesakan dalam hidupnya, tetapi tidak lari dari Tuhan, tetapi justru makin haus akan Allah, terus mencari sampai Allah nyata, memberi jawaban dalam kesesakannya. Kalau Tuhan izinkan sesuatu yang tidak enak terjadi, semata2 karena kasih-Nya, supaya makin dibersihkan, makin dimurnikan, seperti emas yang dimurnikan dalam api.
Nabi Elia/ 1Raj19, seorang nabi besar yang melakukan banyak mujizat dalam pelayanannya, stress berat sampai minta mati karena ancaman bunuh dari Izebel, istri raja Achab (Israel), karena membunuh nabi2 Baal yang disembah Achab & Izebel, Elia lari ke Bersyeba (Yehuda), “Aku tidak lebih baik dari moyangku”. Ketika ia tidur di bawah pohon Arar, seorang malaikat datang memberi makan roti bakar & air dalam kendi dan Elia menjadi kuat kembali, sanggup berjalan 40 hari 40 malam sampai ke gunung Allah (gunung Horeb). Di puncak gunung itu Elia bertemu Tuhan, berbicara secara pribadi dalam angin sepoi2. Masih ada tugas yang belum selesai yang harus dikerjakan Elia (mengurapi Hazael sebagai raja Aram, mengurapi Yehu menjadi raja Israel dan nabi Elisa untuk meneruskan kenabiannya) dan masih ada rencana Tuhan yang top bagi Elia, menjadi sempurna, diangkat hidup2 ke Surga, tanpa kematian. Roti dan air Surga menguatkan kembali Elia dan meneruskan pekerjaan Tuhan yang belum selesai.
Daud terus mencari Allah dalam masa2 kepicikannya. Daud pernah stress berat karena kejaran Saul, sampai pura2 gila di hadapan raja Abimelekh (Filistin). Kalau kita membaca kitab Mazmur, dalam masa2 kesesakan, Daud selalu mengungkapkannya kepada Tuhan (curhat). Daud menghampiri Allah dengan rasa haus akan hadirat-Nya, di dalam hadirat Tuhan, ada jawaban dan keluar kata2 iman dan ucapan syukur/Maz 34:1-8. Juga ketika Daud lari dari Absalom anaknya/ Maz116:3-10.
Putra Manusia Yesus sendiri mengalami kesesakan yang sangat dahsyat menjelang penyaliban-Nya, dan tercetus ucapan, “Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya” Dia menghampiri Bapa dengan kerinduan yang besar, berdoa sampai berkeringat darah. Tiga kali berdoa yang sama, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” / Mat26:36-38. Jawaban Bapa bukan cawan itu lalu, tetapi berupa penyerahan total pada kehendak Bapa.
Kita juga, ketika dalam masa2 kesesakan, harus makin haus akan Allah, sebab hanya didalam hadirat Tuhan ada jawaban. Dalam perjalanan hidup iman kita, jangan sampai kehilangan rasa haus akan Allah, sejak Lahir Baru, dalam setiap keadaan, senang atau susah, rindukan Tuhan, seperti rusa yang merindukan sungai yang berair. Kepada perempuan Samaria yang selalu haus seks, ketika jumpa Tuhan Yesus yang memberikan air hidup, membuatnya tidak akan haus lagi (haus jasmani), sebab menemukan kepuasan dari air hidup, Tuhan Yesus Kristus/Yoh 4:10-14. Setelah menjadi orang percaya, terus harus lapar dan haus akan Allah, perlu datang kepada Yesus sebagai Pembaptis dengan Roh dan akan dipuaskan dengan Roh Kudus/ Yoh7:37-39. Setelah dibaptis dengan Roh Kudus, jangan sampai kehilangan rasa haus akan Allah, rancangan Tuhan belum selesai, justru makin haus untuk mencapai kesempurnaan. Untuk menjadi serupa dengan Kristus, ada baptisan api seperti yang dialami Tuhan Yesus di Golgota. Kalau kita masih hidup, kita juga akan melalui baptisan api pada 3½ tahun pertama Minggu ke 70 Daniel, dalam masa pemurnian Gereja, sebelum Tuhan Yesus datang tahap pertama (pengangkatan). Tetapi Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri, fasilitas Surgawi bekerja maksimal saat itu, ketiga Pribadi Allah bekerja kuat, hujan Roh terjadi. Yang sudah terbiasa haus akan Allah sebelumnya, akan makin haus mencari Tuhan dan dipuaskan. Kepuasan dalam masa pemurnian. Mulai sekarang, kalau kita sedang dalam masa pemurnian dalam api2 kecil, cari Tuhan terus, masuk dalam hadirat-Nya/ 1Pet4 12-13. Dalam api ujian tidak akan mati terbakar, tetapi ak makin murni, makin kudus.
Sekilas tentang Baptisan Api
Yohanes pembaptis berkata dalam Mat3:11 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian daripadaku lebih berkuasa daripadaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Putra Manusia Yesus juga mengatakannya dalam Luk12:49-50 Tuhan Yesus senang kalau api itu sudah menyala. Orang akhir zaman juga akan mengalami, tetapi tidak sampai mati. Daging dipecahkan sepenuhnya, kemudian terjadi tebus tubuh dan terjadi kesempurnaan.
Kesimpulan
Rindu akan Allah terus berkesinambungan, sepanjang perjalanan hidup iman kita, sejak kita Lahir Baru sampai sempurna seperti Kristus, terus haus akan Allah mencari hadirat-Nya, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam segala sikon. Tuhan Yesus sebagai sumber air hidup harus terus ada dalam hati kita, jangan sampai mati kehausan. Rasa haus akan Allah hilang kalau seseorang menjadi haus akan dunia/ dosa/ tipu daya iblis. Dalam masa2 kesesakan, jangan lari ke dunia, cari hiburan. Orang kaya dalam kisah Lazarus tidak haus akan Allah sebab kenikmatan dunia dan sampai di alam kekekalan, minta 1 tetes air saja tidak dapat, roh orang kaya (tidak lagi punya tubuh jasmani) haus selama2nya. Biar kita semua menjadi orang2 yang berbahagia yang selalu lapar dan haus akan kebenaran, Firman Tuhan yang adalah Allah sendiri.