Mengingat Mujizat

Sunday Service | Mt. Zion Church | 22 July 2018

 

Ada begitu banyak mujizat yang telah Tuhan kerjakan di sepanjang Alkitab, juga dalam sepanjang kehidupan kita. Firman Tuhan ternyata mengajarkan kita, bukan hanya berdoa untuk mujizat melainkan juga mengucap syukur dan mengingat setiap mujizat yang telah Tuhan perbuat bagi umat-Nya! Seringkali masalah dan persoalan dapat membuat kita terlupa akan kebaikan dan mujizat-mujizat Tuhan yang telah dinyatakan dan dikerjakan Tuhan bagi kita. Ketika orang beriman menjadi lupa, maka yang terjadi adalah kesedihan, semangat yang pudar, harapan yang patah, bahkan ada juga yang kembali lagi pada cara hidup yang lama. Namun ketika kita tetap mengingatnya, maka yang terjadi adalah kekuatan, semangat yang diperbaharui, sukacita, bahkan iman yang semakin kuat untuk menerima mujizat yang berikutnya!

 

Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya. Mazmur 105:5

 

LUPA ADALAH HAL NORMAL YANG MERUGIKAN

 

Setelah Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, murid-murid begitu terpukul dan sayangnya mereka tenggelam dalam kesedihan yang begitu berat! Mereka benar-benar lupa bahwa Tuhan Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga. Injil Matius mencatat Tuhan Yesus telah 3 kali mengatakan bahwa Dia akan mati disalibkan dan pada hari yang ketiga akan dibangkitkan Mat16:21, 17:23, 20:19. Namun ternyata tidak ada seorang pun yang ingat akan hal itu! Justru pihak imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang ingat dan mereka meminta Pilatus untuk menempatkan penjaga di kubur Tuhan Yesus Mat27:63-64. Murid-murid yang lupa akhirnya terkurung dalam kesedihan, ketakutan, bahkan mata mereka terhalang sehingga tidak dapat lagi mengenali Tuhan Yesus yang telah bangkit dan berjalan bersama dengan mereka Luk24:15-16.

Lupa memang adalah hal yang normal terjadi bagi manusia, namun ternyata lupa adalah hal yang juga merugikan, baik bagi kehidupan kita pada umumnya juga terutama bagi pertumbuhan rohani pada khususnya. Dalam zaman Taurat, Tuhan menyuruh orang Israel untuk melakukan sesuatu yang unik dan menarik, yaitu membuat jumbai pada setiap baju yang mereka pakai dan menaruh benang berwarna biru. Jumbai berwarna biru itu bertujuan untuk selalu mengingatkan mereka kepada segala perintah Tuhan!

 

TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan. Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah TUHAN, sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap TUHAN. Maksudnya supaya kamu mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Allahmu. Akulah TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allah bagimu; Akulah TUHAN, Allahmu.” Bilangan 15:37-41

 

Memang untuk dapat tetap ingat akan sesuatu hal kita perlu dibantu oleh hal-hal praktis yang efisien dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Jumbai biru yang ada di baju orang Israel akan membuat mereka selalu ingat bahwa mereka adalah umat Tuhan dan mereka harus selalu melakukan perintah Tuhan dan tidak sampai terhanyut dalam arus dunia ini! Dalam zaman ini kita tidak perlu lagi harus membuat jumbai biru dalam setiap baju yang kita pakai. Konsep jumbai biru dapat diterapkan dengan cara yang lain, bahkan menjadi lebih efektif dan praktis dalam zaman yang semakin modern ini, misalnya dengan catatan pribadi baik di kertas ataupun secara digital. Konsep dan pesannya tetap sama, dengan hikmat yang sudah Tuhan berikan maka kita harus mencari cara supaya kita tetap ingat kepada segala perintah Tuhan, juga karya dan mujizat Tuhan yang telah Tuhan nyatakan bagi kita!

Tuhan memerintahkan kepada Yosua dan orang Israel untuk mengambil 12 batu dari dasar sungai Yordan dan menegakkannya di seberang sungai Yordan, yaitu di Gilgal, dengan tujuan supaya kedua belas batu itu menjadi tanda dan peringatan sehingga orang Israel turun temurun tetap ingat bahwa Tuhan pernah membuat sungai Yordan menjadi kering dan orang Israel menyeberanginya di tanah yang kering!

 

Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: “Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! — sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.”
Yosua 4:20-24

 

MENGINGAT = MENGHIDUPKAN KEMBALI

 

Dalam ilham dan pimpinan Roh Kudus, pemazmur mengajak semua orang beriman untuk mengingat kembali segala perbuatan ajaib, mujizat, bahkan juga penghukuman yang telah Tuhan nyatakan bagi umat-Nya. Berulang kali Tuhan memerintahkan kita untuk selalu mengingat apa yang telah Tuhan kerjakan! Orang Israel diminta untuk mengingat seluruh perjalanan yang telah mereka lakukan di padang gurun atas kehendak Tuhan Ulg8:2. Tuhan juga menyuruh umat-Nya untuk mengingat segala hari raya yang ditetapkan Tuhan Ulg16:1. Kitab Ulangan mencatat setidaknya 10x Tuhan memerintahkan untuk mengingat segala yang telah mereka alami!

Dalam Mazmur 105, pemazmur mengingat dan menyebutkan kembali segala mujizat yang telah dialami oleh orang Israel, sejak zaman Abraham, Ishak, Yakub, pertolongan Tuhan pada bangsa Israel melalui Yusuf, juga ketika Musa membawa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Untuk mengingat kembali segala karya Tuhan memang diperlukan waktu yang baik dan berkualitas, di mana kita dapat duduk diam di hadirat Tuhan, merenungkan segala kebaikan Tuhan, juga menaikkan ucapan syukur. Mengingat BUKAN berarti hidup kembali dalam masa yang lalu. Mengingat yang diinginkan Tuhan adalah menghidupkan kembali pengalaman bersama dengan Tuhan! Mengingat yang betul akan membawa kita pada ucapan syukur dan semakin menguatkan kita. Yang diingat BUKAN kepahitan, kemarahan, ataupun hal-hal buruk lainnya. Yang HARUS diingat adalah KARYA Tuhan bagi kita.

Nabi Habakuk mengalami kehidupan yang tidak mudah. Ada begitu banyak masalah yang terjadi dalam masa hidupnya dan pelayanannya. Nabi Habakuk melayani bangsa Israel dalam zaman yang begitu buruk, di mana keadilan muncul terbalik, tidak ada lagi kekuatan hukum dalam negara, orang fasik menjajah orang benar Hab1:4. Dalam zaman itu seakan-akan tidak ada mujizat lagi, karya Tuhan tidak nyata, kebenaran diinjak-injak. Namun ketika nabi Habakuk mulai terbenam dengan segala kenyataan hidup dan mulai terbelenggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dalam dirinya sendiri, akhirnya nabi Habakuk memutuskan untuk BERHENTI dari segala keluhan dan pertanyaan yang sulit! Habakuk memutuskan untuk naik ke menara doa Hab2:1, bahkan mulai mengubah keluhannya menjadi ucapan syukur dan nyanyian!

 

TUHAN, telah kudengar kabar tentang Engkau, dan pekerjaan-Mu, ya TUHAN, kutakuti! Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun; dalam murka ingatlah akan kasih sayang! Habakuk 3:2

 

Nabi Habakuk mulai mengingat kembali segala kebaikan Tuhan dan berdoa supaya hal-hal itu DIHIDUPKAN dan DINYATAKAN kembali dalam lintasan tahun kehidupannya. Lalu apakah nabi Habakuk melihat mujizat yang sama dengan yang dialami oleh Musa? Ternyata TIDAK! Mujizat yang Allah sediakan bagi orang-orang beriman di zaman Habakuk ternyata BERBEDA dengan mujizat yang diterima orang Israel di zaman Musa! Dan Tuhan tidak pernah keliru atas hal itu! Allah kita terlalu dahsyat dan perkasa, DIA sanggup untuk membuat mujizat yang baru dan berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Ketika Habakuk mengingat dan merenungkan mujizat Tuhan, yang terjadi adalah MUJIZAT KEKUATAN dan KETENANGAN, bahkan tetap tenang untuk menghadapi kesulitan yang memang harus terjadi dalam zamannya! Tidak ada mujizat yang lebih besar ataupun lebih kecil, tidak ada mujizat yang lebih hebat ataupun lebih sederhana, karena tangan Tuhan yang mengerjakan semua mujizat itu adalah tangan yang sama kuat, sama berkuasa, sama hebat. Mujizat harus sejalan seiring dengan kerangka rencana ilahi Tuhan. Penghukuman Tuhan bagi bangsa Israel harus terjadi di zaman nabi Habakuk dan mujizat Tuhan bukanlah menyingkirkan bangsa Babel melainkan memberi kekuatan dan ketenangan bagi nabi Habakuk dan orang-orang beriman lainnya yang masih tetap setia dan hidup kudus di hadapan Tuhan Hab2:4.

 

Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi). Habakuk 3:16-19

 

KESIMPULAN: MENGINGAT DAN MENYEMBAH TUHAN

 

Tuhan tahu dengan tepat mujizat apa yang paling tepat untuk zaman kita, untuk situasi dan kondisi kita, untuk masalah kita, bahkan juga waktu yang terbaik bagi kita untuk menerima mujizat itu. Yang harus kita lakukan adalah TETAP PERCAYA dan BERIMAN bahwa Tuhan sanggup untuk mengadakan mujizat, kuasa-Nya tidak pernah berubah, dulu, sekarang, dan selamanya; TETAP TAAT pada setiap instruksi yang Tuhan berikan bagi kita, sekalipun hal itu tampak mustahil dan tidak sesuai dengan daya pikir ataupun cara pikir kita; dan TETAP MENGINGAT dan MENGUCAP SYUKUR dalam menanti mujizat dan pertolongan Tuhan, memenuhi hati dan pikiran dengan segala kebaikan Tuhan yang telah kita baca dalam Firman Tuhan dan yang telah kita alami bersama dengan Tuhan. Ketiga hal itu akan menjadi sangat efektif bagi kita, membangun dan menguatkan iman, dan mempersiapkan sikap yang benar untuk menerima mujizat. Jangan memenuhi mulut dan pikiran kita dengan keluhan ataupun pertanyaan-pertanyaan sulit yang justru berisiko menjebak dan mengurung diri kita sendiri. Firman Tuhan memberikan solusi yang praktis dan berkuasa: penuhi mulut dan pikiran dengan merenungkan dan mengingat kembali segala kebaikan dan karya Tuhan, maka dari situ akan timbul iman, timbul kekuatan, timbul harapan yang baru. AMIN.

 

Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu; mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Mazmur 71:14-15

Tags:

Comments are closed.

Comments are closed.