Sunday Service | Mt. Zion Church | 24 Juli 2016 | Membuka Kain Kabung | 1Samuel 1:1-2:10; Mazmur 30:12-13
Istilah “kain kabung” muncul pertama kali ketika Yakub mendengar kabar kematian Yusuf, anak yang dikasihinya Kej37:34. Kain kabung dapat menunjukkan kesedihan, sikap duka, baik atas kematian juga berita kekalahan 2Raj19:1. Namun kain kabung juga pernah dipakai untuk menunjukkan tanda pertobatan dan penyesalan atas dosa yang telah dilakukan, suatu sikap yang merendahkan diri 1Raj21:27, 1Taw21:16, Neh9:1. Dalam Wasiat Baru istilah “kain kabung” sudah tidak pernah muncul lagi. Yang akan kita cermati saat ini adalah “kain kabung kesedihan” yang dapat terjadi dalam kehidupan orang beriman. Tuhan berjanji untuk membuka kain kabung kesedihan umat-Nya!
Alkitab mencatat seorang ibu bernama Hana yang mengalami kesedihan selama bertahun-tahun. Memang tidak dicatat bahwa Hana pernah mengenakan kain kabung namun kesedihan Hana berlangsung begitu lama bahkan dia merasa sangat tersesak dengan kondisi yang dialaminya. Hana merasa dirinya terkutuk karena tidak memiliki anak, sesuai dengan tradisi yang dipegang dan dipercayai pada masa itu. Ditambah lagi dengan tekanan dari Penina yang menggusarkan hatinya dari waktu ke waktu. Namun di tengah keadaan yang sulit dan tekanan yang berat itu Hana mengambil sikap yang baik dan benar, yang juga harus kita pelajari dan teladani, sehingga kesedihan itu tidak sampai mendominasi bahkan membinasakan hidup kita, tetapi justru kain kabung itu harus dibuka dan diganti dengan ikat pinggang sukacita karena Tuhan berjanji demikian Mzm30:12-13.
JEBAKAN LINGKARAN KESEDIHAN
Kesedihan bisa berawal dari segala aspek dalam hidup kita. Kita perlu waspada karena ternyata kesedihan dapat menjebak. Sikap yang salah dapat memperburuk keadaan dan bahkan membuat iman makin rapuh. Sebenarnya Hana tidak perlu tenggelam dalam kesedihannya. Sekalipun kondisi fisiknya terbatas namun kebaikan Tuhan begitu limpah dalam hidupnya. Hana memiliki suami yang begitu mengasihinya. Elkana tidak pernah merendahkan Hana, bahkan di dalam keterbatasan kondisinya Hana selalu mendapat bagian yang terutama dan terbaik 1Sam1:5 TL, KJV. Elkana juga tidak pernah memojokkan Hana dengan keadaannya, Elkana dapat mengerti dan menerima keadaan Hana, malah dia memperhitungkan dirinya lebih berharga daripada 10 anak laki-laki 1Sam1:8, seharusnya Hana tidak perlu sedih begitu mendalam. Sikap Penina yang tidak baik dan menjengkelkan seharusnya tidak ada artinya dibandingkan kasih Allah yang dinyatakan melalui kebaikan dan penerimaan Elkana. Namun rupanya Hana telah terjebak dalam lingkaran kesedihan sehingga hidupnya dipenuhi dengan air mata dari tahun ke tahun!
Jebakan lingkaran kesedihan juga dapat terjadi dalam kehidupan orang beriman. Iblis selalu berusaha untuk menembakkan anak panah berapi Ef6:16. Masalah dan kesulitan yang kita hadapi bagaikan bahan bakar dan iblis tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperbesar kesedihan yang ada menjadi jebakan lingkaran kesedihan yang makin besar. Iblis paling peka dan pandai mencari kesempatan yang baik untuk mencuri damai sejahtera umat Tuhan Yoh10:10A. Tipu daya iblis dapat membuat umat Tuhan berfokus pada masalah dan keterbatasan yang dihadapi sehingga mengabaikan kebaikan Tuhan yang begitu besar dalam hidupnya. Seperti Hana berfokus pada keadaannya dan sikap Penina yang menjengkelkan demikian pula umat Tuhan dapat terjebak dalam kondisi yang serupa. Lingkaran kesedihan akan menghanyutkan umat Tuhan, menjebak orang beriman untuk mengasihani diri sendiri, mulai membandingkan diri dengan orang lain bahkan juga dengan orang-orang berdosa, mulai meragukan kebaikan dan penyertaan Tuhan, menghentikan pujian dan ucapan syukur mengalir keluar dari hati dan mulutnya, bahkan ujung-ujungnya berisiko menjauhkan orang tersebut dari hadirat Tuhan. Lingkaran kesedihan harus diputuskan dan tidak boleh dibiarkan!
SIKAP YANG AMAN DAN BENAR MENGHADAPI MASALAH
Sangat beruntung Hana memiliki suami yang sanggup memimpin keluarga dengan baik dalam hal jasmani dan rohani. Alkitab mencatat bahwa Elkana membawa seisi keluarganya ke rumah Tuhan dengan setia dari tahun ke tahun. Bukan hanya rajin melainkan Elkana juga memiliki sikap hati yang mau menyembah Tuhan dan mempersembahkan korban 1Sam1:3-4. Sekalipun mungkin kurang berhasil sepenuhnya dalam mengarahkan sikap Penina yang merugikan Hana, namun Elkana melakukan tugasnya dengan baik untuk mengasihi istri dan anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab. Penting untuk diingat juga bahwa kisah ini terjadi dalam zaman Wasiat Lama yang masih membiarkan poligami sedangkan dalam zaman anugerah di Wasiat Baru ini pernikahan Kristen harus kembali pada rencana Tuhan pada mulanya: antara seorang laki dewasa dan seorang perempuan dewasa (heteroseks monogami).
Sikap Elkana sangat menguntungkan Hana karena dengan demikian ada fasilitas bagi Hana untuk tetap menjaga hidup ibadahnya dengan baik. Hana juga meresponi kesempatan itu dengan baik dan mau beribadah dengan setia juga sungguh-sungguh. Hana tidak bersikap pasif ketika berada di rumah Tuhan. Dengan penuh kerinduan dan kesungguhan Hana mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan, suatu tindakan iman, sikap yang percaya dan menempatkan Tuhan sebagai pokok pengharapan yang kokoh, teruji, dan terpercaya 1Sam1:10, 15. Hana juga membuka mulutnya untuk mengucapkan nazar sebagai wujud nyata ucapan syukurnya atas berkat yang belum diterimanya 1Sam1:11. Dalam zaman Wasiat Baru nazar sudah tidak disinggung lagi karena ucapan syukur dan komitmen kita dibawa pada tingkat yang lebih tinggi lagi, Roh Kudus memampukan kita untuk melangkah dengan iman dan memberikan yang terbaik sekalipun belum tampak jawaban dari Tuhan Mrk11:24. Hana juga memiliki sikap yang hormat pada imam Eli sebagai pemimpin rohani yang diangkat Tuhan pada waktu itu sekalipun imam Eli sempat salah sangka terhadapnya 1Sam1:13-16.
Kita perlu belajar meneladani sikap Hana dalam menghadapi masalahnya. Jangan biarkan iblis mengikat, mengunci, dan menghalau orang beriman ke tempat-tempat yang sunyi Luk8:29. Dalam menghadapi masalah kita justru harus datang makin mendekat pada Tuhan dan makin bersungguh-sungguh beribadah. Menjauhkan diri dari pertemuan ibadah dan persekutuan tubuh Kristus adalah strategi yang salah besar, yang justru akan makin melemahkan iman dan memperlebar jalan kemenangan bagi iblis! Justru kita harus menghampiri tahta kasih karunia Tuhan dan meraih pertolongan yang ternyata sudah disediakan Tuhan Ibr4:16.
Membiarkan mulut terkatup ternyata juga adalah jebakan iblis untuk memperburuk keadaan kita. Keluhan yang tersembunyi dalam mulut yang tertutup akan membuat tulang-tulang menjadi lesu Mzm32:3. Daud sendiri merasakan jebakan itu dan mengajarkan pada kita untuk membuka mulut lebar-lebar mengucap syukur dan memuji-muji Tuhan Mzm51:17. Jangan menutup mulut, mulailah membuka mulut lebar-lebar dan menaikkan doa, mencurahkan isi hati pada Tuhan, mulai berkata-kata pada Tuhan, maka Tuhan berjanji untuk mengisi mulut kita penuh dengan berkat ilahi Mzm81:11. Hana juga belajar peka akan rencana dan keinginan Tuhan dalam hidupnya juga masa depan anaknya. Hana meresponi dorongan Tuhan dan menyerahkan anaknya untuk dipakai Tuhan luar biasa menjadi pemimpin Israel! Kadangkala Tuhan juga ingin menyatakan kehendak-Nya melalui kesulitan yang sedang kita alami. Kita perlu belajar untuk peka dan meresponi kehendak-Nya karena Tuhan sedang ingin membawa kita meningkat lebih tinggi lagi dalam rencana dan kemuliaan-Nya. Hana juga belajar untuk tetap memiliki hati yang lemah lembut dan tidak mudah tersinggung sekalipun imam Eli sempat salah sangka terhadapnya. Dari semua teladan iman tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Hana memiliki sikap rendah hati sehingga dia mengalami janji peninggian Tuhan pada waktunya 1Ptr5:5-6.
Hanya Tuhan yang dapat benar-benar membuka kain kabung kita dan menggantikannya dengan ikat pinggang sukacita. Hanya Tuhan yang dapat mengubahkan keadaan kita yang terlihat sulit dan tanpa harapan. Hanya Tuhan yang dapat meninggikan kita dari tempat yang paling rendah. Jangan biarkan kain kabung kesedihan menutup mata rohani apalagi melilit leher dan membinasakan iman. Kain kabung kesedihan dapat menjadi tali maut yang membelit dan melilit Mzm18:5. Jangan berdiam diri, berserulah pada Tuhan dengan tulus dan penuh kesungguhan. Jangan menjauh dari Tuhan dan datanglah makin dekat pada-Nya. Tuhan siap menjangkau umat-Nya dari tempat tinggi, menariknya dari banjir, melepaskannya dari musuh. Bahkan Tuhan berjanji untuk membawa kita ke tempat yang lapang, merasakan kebaikan Tuhan yang lebih nyata lagi dengan cara yang baru karena anugerah Tuhan juga selalu baru. AMIN.