MINGGU, 25 SEPTEMBER 2016,
Kadangkala peristiwa yang besar dan luar biasa hanya diawali dengan kejadian yang kecil dan tampak sederhana. Perubahan diri Zakheus yang spektakuler terjadi hanya karena diawali sapaan Tuhan Yesus pada Zakheus di atas pohon ara. Menyapa adalah tindakan sederhana yang dapat dikerjakan oleh tiap orang beriman. Seperti Tuhan Yesus mau menyapa Zakheus demikian pula seharusnya kita sebagai murid Kristus juga harus mau menyapa orang-orang yang dikucilkan dan dijauhi masyarakat. Sapaan Tuhan Yesus pada Zakheus membawa kemenangan dan perubahan yang besar. Sapaan orang beriman pada orang lain di sekitarnya juga dapat membawa dampak yang luar biasa!
PROFIL ZAKHEUS
Alkitab mencatat bahwa Zakheus tinggal di kota Yerikho, bekerja sebagai pemungut cukai, status sosialnya sebagai orang yang kaya, postur tubuhnya pendek sehingga dia harus memanjat pohon ara untuk melihat Tuhan Yesus Luk19:1-4. Orang banyak menganggap Zakheus sebagai orang yang berdosa karena profesinya sebagai pemungut cukai dianggap bersahabat dengan pemerintah Romawi yang menjajah Israel pada saat itu Luk19:7. Zakheus bukan berasal dari bangsa kafir melainkan keturunan asli Israel, Tuhan Yesus menyebutnya sebagai ‘anak Abraham’ Luk19:9. Zakheus rupanya dibenci oleh penduduk Israel saat itu sehingga tidak ada yang memperhatikan bahkan mereka juga menghalangi usahanya untuk melihat Tuhan Yesus Luk19:3. Zakheus pun tidak kehabisan akal dan dia berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara Luk19:4.
Secara jasmani Zakheus sudah tidak hidup lagi di zaman kita. Namun secara rohani masih ada orang-orang yang memiliki profil seperti Zakheus yang memiliki banyak keterbatasan dalam hidupnya. Dalam zaman ini, Zakheus bagaikan orang yang disingkirkan, dianggap remeh, dinomorduakan, dijauhi, dibenci, diabaikan, tidak diprioritaskan. Tuhan Yesus menyebut Zakheus sebagai orang terhilang yang perlu dicari dan diselamatkan Luk19:10.
MELAKUKAN SEPERTI YANG TUHAN YESUS LAKUKAN
Sebagai murid Kristus maka sudah seharusnya kita meniru apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sebagai Sang Guru. Kalau Tuhan Yesus mengasihi Zakheus maka sudah seharusnya kita juga mengasihi Zakheus. Kalau Tuhan Yesus mencari dan menyelamatkan Zakheus maka sudah seharusnya kita juga melakukan hal yang sama. Isi hati Allah adalah menjangkau orang-orang yang terhilang untuk diselamatkan 1Tim2:3-4.
Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 1 Timotius 2:3-4
Sikap hati orang beriman yang tidak sama dengan sikap hati Allah akan menyebabkan orang tersebut tidak dapat melekat dengan sepenuhnya pada pokok anggur yang benar! Cara pandang, sikap hati, gaya hidup, prinsip juga kebiasaan kita harus dicocokkan dengan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus sehingga kita dapat benar-benar melekat dan menjadi satu dengan-Nya! Orang Farisi dan ahli Taurat tidak pernah bisa cocok dengan tindakan Tuhan Yesus, mereka selalu menyerang yang dikerjakan Tuhan Yesus, mereka menganggap dirinya lebih benar daripada Tuhan Yesus sehingga akhirnya mereka menjadi pembunuh Tuhan Yesus!
Sebagai umat Tuhan kita bukan hanya harus setuju dengan tindakan Tuhan Yesus di zaman dulu melainkan juga harus menghidupkan tindakan Tuhan Yesus di zaman ini! Tuhan Yesus memberikan teladan bagaimana kita harus bersikap pada orang seperti Zakheus. Tuhan Yesus tahu bahwa Zakheus adalah pemungut cukai yang dijauhi orang namun Tuhan Yesus tidak memandang Zakheus dengan amarah dan benci. Tuhan memanggil namanya dengan penuh kasih dan pengampunan, bahkan Tuhan Yesus juga mau menumpang di rumahnya. Kemenangan yang besar terjadi karena Tuhan Yesus mau menyapa, mengampuni, dan menerima Zakheus.
Alkitab juga mencatat 2 kejadian lain yang serupa. Niniwe adalah kota yang dibenci dan dijauhi oleh Israel karena kejahatan dan kekejamannya ketika menyerang mereka. Saulus juga adalah orang yang dibenci dan dijauhi oleh jemaat mula-mula karena kekejamannya. Alkitab membuktikan bahwa isi hati Allah tetap sama dari dulu dan sampai selamanya. Allah mengirim Yunus untuk menyapa penduduk Niniwe dan memberitakan pertobatan di sana Yun1:1-2. Allah juga mengirim Ananias untuk menyapa dan mendoakan Saulus Kis9:10-12. Isi hati Allah adalah mencari, mengampuni, dan menyelamatkan yang terhilang. Allah tahu bahwa Niniwe akan menyesal dan bertobat apabila ada orang yang datang untuk menegur dan menyampaikan hukuman. Allah juga tahu bahwa Saulus dapat dipakai untuk menjadi alat pekerjaan Tuhan yang sangat efektif bagi pertumbuhan umat-Nya. Yunus sempat menghindar bahkan lari menjauh dari tugas yang diberikan Tuhan padanya. Ananias juga sempat tidak setuju dengan perintah yang diberikan Tuhan padanya. Namun akhirnya Yunus berangkat menyapa Niniwe dan Ananias juga berangkat menyapa Saulus. Isi hati kita harus dicocokkan dengan isi hati Allah sehingga kita dapat melakukan yang sesuai dengan kehendak-Nya!
BELAJAR MENYAPA
Menyapa Zakheus sebenarnya adalah tindakan yang sangat sederhana dan mudah namun menjadi sulit ketika hati penuh amarah dan penghakiman terhadap Zakheus. Firman Tuhan mengajarkan supaya kita saling mengasihi satu sama lain dan saling mendahului dalam memberi hormat Rm12:10. Menyapa adalah tindakan nyata yang sederhana dari mengasihi sesama Mat22:39. Menyapa adalah wujud nyata dari pengampunan dan tindakan awal dari mengusahakan perdamaian dengan semua orang Rm12:18. Menyapa adalah wujud kerendahan hati dan tidak menganggap diri sendiri lebih hebat dari orang yang disapa.
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat … Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Roma 12:10,18
Seperti Zakheus yang mungkin tidak pernah disapa oleh siapapun kecuali Tuhan Yesus, demikian pula ada juga orang-orang di sekitar kita yang mungkin belum pernah mendapatkan sapaan kasih Kristus sepanjang umur hidupnya. Bagi orang yang terhilang, sapaan kasih Kristus bernilai begitu besar! Zakheus segera turun dari pohon ara dan menerima Tuhan Yesus dengan penuh sukacita. Ada kasih yang dia rasakan mengalir keluar dari sapaan Tuhan Yesus. Zakheus pun bertobat dan tidak lagi terjerat dengan cinta akan uang. Segala sesuatu yang dianggapnya berharga kini dilepaskan karena dia memiliki yang jauh lebih berharga daripada hartanya, yaitu kasih Allah!
Menyapa orang lain berarti sedang mengalirkan kasih Kristus dari hidup kita pada orang tersebut. Seperti kita telah merasakan kasih Allah yang menerima hidup kita maka orang lain juga layak untuk merasakan kasih Allah yang sama. Ketika kita merasa kesulitan untuk menyapa orang tertentu, maka berarti ada yang salah dalam hubungan kita dengan orang tersebut. Belajar menyapa berarti juga belajar untuk mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain. Belajar menyapa berarti juga belajar untuk mengasihi dan mengharapkan pemulihan orang lain. Sikap Tuhan saat melihat yang terpuruk adalah menolong dan membangkitkannya. Sedangkan sikap iblis saat melihat yang terjatuh adalah membiarkan bahkan mendorongnya untuk jatuh lebih dalam lagi. Mari kita belajar untuk menyapa orang yang ada di sekeliling kita, bukan hanya dengan sapaan biasa sebagai rutinitas melainkan dengan sapaan kasih Kristus yang mau mengasihi, menyambut, menolong, bahkan menyelamatkan orang lain. AMIN.