Sunday Service | Mount Zion Church | 10 March 2019 | The Days of Moses | Ready to Revive Series | Hebrews 11:23-29
Bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa. Ini adalah suatu peristiwa yang sangat bersejarah dan sangat penting bagi bangsa Israel, juga bagi seluruh orang beriman karena peristiwa ini membawa pesan penebusan sekaligus tonggak kebangunan rohani yang besar! Saat itu orang Israel seakan-akan sudah menerima dan terbiasa dengan keadaan ‘diperbudak’ oleh penguasa Mesir sehingga tidak ada yang berpikir untuk mengusahakan kemerdekaan, sampai akhirnya Tuhan membangkitkan Musa untuk mencelikkan mata mereka dan membawa mereka keluar dari Mesir. Seperti Tuhan memakai Musa, demikian juga Tuhan mau memakai setiap kita untuk membawa dan mengobarkan api kebangkitan rohani dan api kemerdekaan rohani di setiap tempat yang telah Tuhan tunjukkan bagi kita. Kisah hidup Musa dicatat untuk dipelajari dan teladani, karena Tuhan juga merindukan kegerakan rohani terjadi dalam zaman kita! Tuhan berjanji untuk mengirimkan hujan akhir, kegerakan Roh Kudus yang sangat besar, di akhir zaman. Tuhan yang akan membuat awan-awan pembawa hujan deras dan kita harus berdoa meminta hujan akhir Zak.10:1. Mari bersiap diri untuk menjadi rekan kerja Tuhan sekaligus alat Tuhan di akhir zaman ini. Kebangkitan rohani dapat dimulai dari diri kita pribadi, dari pernikahan kita, dari keluarga kita, lingkungan pekerjaan, sekolah, pelayanan, komunitas, bahkan Tuhan juga dapat memakai kita dalam lingkup yang lebih besar lagi.
Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka. Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga. Ibrani 11:23-29
MERESPONI ANUGERAH ILAHI
Hidup Musa adalah bukti nyata anugerah Allah! Tuhan memberi hikmat pada orang tua Musa, Amram dan Yokhebed, untuk menyembunyikan bayi Musa dari amarah dan kekejaman Firaun Kel.2:2. Bahkan ketika mereka tidak mungkin lagi menyembunyikan bayinya, Tuhan memberikan hikmat dan belas kasih ilahi pada Miryam, kakaknya, untuk tetap tinggal berdiri dan melihat apa yang akan terjadi dengan bayi Musa yang terpaksa harus ditinggalkan di tepi sungai Nil Kel.2:4. Pertemuan bayi Musa dengan putri Firaun adalah anugerah Allah sehingga akhirnya Yokhebed dapat tetap merawat Musa kecil di dalam istana Firaun Kel.2:9.
Orang yang menyadari betapa besar anugerah Allah di dalam hidupnya pasti akan menggunakan hidupnya sungguh-sungguh untuk kemuliaan nama Tuhan. Apakah kita sadar bahwa hidup yang kita miliki adalah anugerah Allah, kesempatan yang kita miliki adalah anugerah Allah, bahkan juga orang-orang yang Tuhan izinkan untuk kita kenal dan temui adalah anugerah Allah? Paulus menyadari betapa besar anugerah Allah dalam hidupnya sehingga dia berkata: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku 1Kor.15:10.” Setiap ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan harus didasarkan pada respon ucapan syukur atas anugerah Allah yang telah diterima bahkan juga yang akan kita terima lebih lagi. Keselamatan di dalam nama Tuhan Yesus dan hidup kekal adalah anugerah terbesar yang pernah dan dapat diterima oleh manusia, dan tidak pernah boleh dilupakan.
MERESPONI PANGGILAN ILAHI
Musa menerima segala kemewahan hidup di Mesir, dididik dalam segala hikmat orang Mesir, menjadi sangat berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya, namun demikian Tuhan memanggil Musa untuk dipakai sebagai alat-Nya menyelamatkan dan mengeluarkan bangsa Israel dari Mesir. Panggilan yang mula-mula diterima Musa adalah timbulnya keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang Israel Kis.7:22-23. Tuhan juga memanggil Nehemia melalui belas kasihan yang mengisi hatinya ketika dia mendengar berita mengenai kehancuran dan keterpurukan Yerusalem. Timbul keinginan dalam hati Nehemia untuk menanyakan tentang keadaan orang-orang Yahudi yang terluput dan terhindar dari penawanan Neh.1:2-4.
Tuhan suka untuk bergerak dengan cara yang lembut dan sopan. Keinginan yang timbul di dalam hati kita harus selalu dicek apakah itu muncul dari kehendak pribadi atau Roh Kudus yang sedang ingin berbicara sesuatu pada kita. Raja Daud suka berdoa: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal Maz.139:23-24!” Dorongan Roh Kudus yang timbul di dalam hati harus diresponi dengan baik dan tanggap karena Tuhan sedang mau mengerjakan sesuatu melalui hidup kita untuk menggenapkan rencana ilahi-Nya dalam lingkaran hidup kita!
Sayangnya, dalam panggilan yang mula-mula Musa melibatkan emosinya berlebih-lebih sehingga akhirnya membunuh seorang Mesir yang menjadi pengawas kerja paksa Kel.2:11. Kita harus belajar untuk memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita, dan ini semua dimampukan dengan kuasa Firman Allah yang hidup, kuat, dan tajam Ibr.4:12. Menghadirkan kebangunan rohani akan selalu dan harus selalu melibatkan kehadiran Firman Tuhan yang limpah supaya semua yang dikerjakan selalu cocok dan berkenan di hadapan Tuhan, tidak sampai ternodai oleh ambisi pribadi!
Dalam panggilan yang kedua, Tuhan menggunakan semak duri yang menyala, suatu penglihatan yang hebat, sehingga Musa memutuskan untuk memeriksanya Kel.3:2-3. Kali ini Tuhan memperjelas panggilan yang diberikan untuk Musa dan Musa mencoba untuk mengelak dengan berbagai macam pertanyaan dan menggunakan segala kelemahan yang dia miliki untuk menghindari panggilan Tuhan Kel.4:1-2. Musa merasa dirinya bukan orang yang cocok Kel.3:11, Musa takut untuk ditolak dan tidak diterima perkataannya Kel.4:1, Musa merasa tidak pandai bicara, berat mulut dan berat lidah Kel.4:10. Semua alasan itu ternyata membuat Tuhan murka!
Lalu kata Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. Keluaran 4:10-14
Ketika Tuhan menimbulkan keinginan dalam hati Musa, Tuhan juga sudah bersiap sedia dengan segala fasilitas lain yang akan dibutuhkan Musa. Tuhan tahu bahwa di tangan Musa hanya ada tongkat dan Tuhan siap mengerjakan sesuatu melalui tongkat itu (mengubahnya menjadi ular). Bahkan tanpa tongkat pun Tuhan juga siap mengerjakan sesuatu melalui tangan Musa yang kosong (mengubahnya menjadi penuh kusta dan putih seperti salju). Tuhan siap menciptakan ulang mulut dan lidah Musa menjadi normal karena Dialah yang menciptakan manusia. Bahkan Tuhan sebenarnya juga sudah menyiapkan Harun yang ternyata sudah dalam perjalanan menjumpai Musa. Segala penolakan dan usaha menghindar ternyata hanya akan mendatangkan amarah Tuhan karena sebenarnya Dia telah menyiapkan segala sesuatu yang kita perlukan! Tidak perlu takut meresponi panggilan yang Tuhan berikan karena Dia yang memanggil juga akan memperlengkapi kita. Bahkan Dia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kita juga akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus Flp.1:6. Sebenarnya proyek ilahi Allah pasti akan digenapkan dengan kita ataupun tanpa kita. Tuhan ingin melibatkan kita bukan karena kehebatan kita melainkan karena anugerah Allah yang ingin menarik kita lebih dekat lagi dengan-Nya dan merasakan karya-Nya lebih dalam lagi! Allah yang telah mengerjakan kemauan (to will) dalam diri kita juga akan memperlengkapi kita untuk mengerjakan tindakan (to do) yang harus diambil Flp.2:13. Mari kita belajar untuk meresponi kemauan yang telah Tuhan bangkitkan dalam diri kita. Api ketakutan dan deru kekhawatiran yang mungkin akan timbul harus dipadamkan dengan kuasa iman. Jangan ragu untuk menyampaikan pesan yang dititipkan Tuhan pada kita. Jangan ragu untuk memulai sesuatu yang baru bersama Tuhan. Jangan pernah takut untuk ditolak ataupun tidak didengar. Jangan menyerah sebelum melangkah bersama dengan Tuhan. Segala perkara akan dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan pada kita Flp.4:13.
MERESPONI PENGOLAHAN ILAHI
Memimpin sekitar 600 ribu orang laki-laki keluar dari Mesir dan melewati padang gurun bukanlah hal yang mudah. Semakin banyak orang berarti semakin banyak ide, semakin banyak nasehat, namun juga berarti semakin banyak keluhan, semakin banyak kritik, bahkan juga semakin banyak bantahan dan persungutan! Menghadapi bangsa yang tegar tengkuk ternyata adalah pengolahan yang memang disiapkan bagi Musa. Penolakan, perlawanan, pemberontakan, penghujatan, bahkan mungkin juga pengkhianatan, adalah hal-hal yang dapat Tuhan izinkan untuk terjadi dalam kisah hidup kita, dengan suatu tujuan yang baik bagi kita yang mengasihi Tuhan. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah Rom.8:28. Segala perlawanan yang terjadi membuat Musa belajar untuk memiliki hati yang lembut. Musa tidak mau mengulangi lagi kesalahannya dengan langsung membunuh lawan yang dihadapinya. Musa memilih untuk selalu membawa lebih dulu kasus yang dihadapinya ke hadirat Tuhan. Ketika orang Israel bersungut-sungut karena air yang pahit di Mara, Musa memilih untuk berseru-seru pada Tuhan Kel.15:23-25. Ketika Tuhan menurunkan api di Tabera untuk menghukum orang Israel, Musa berdoa pada Tuhan supaya api dipadamkan Bil.11:1-3. Ketika Miryam dan Harun mengatai Musa, dia memilih untuk mengizinkan Tuhan yang bertindak. Musa menjadi seorang yang sangat lembut hatinya, bahkan lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi ini Bil.12:3.
Membawa api kegerakan rohani akan berisiko untuk menimbulkan perlawanan dari mereka yang ingin bermalas-malas di zona nyaman, mendatangkan kritikan dari mereka yang pandai dan teliti menghakimi, juga segala respon negatif lainnya yang dapat terjadi. Namun justru di saat-saat itulah kita dapat belajar untuk memiliki roh yang lemah lembut!
sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, 2 Timotius 2:24-25
Orang-orang yang suka melawan harus dituntun dengan kelemahlembutan, dengan iman bahwa Tuhan akan memberikan kesempatan pada mereka untuk bertobat. Bahkan orang-orang yang suka melawan ini bukan untuk dihindari melainkan untuk dipimpin sehingga mereka dapat mengenal kebenaran! Keluar dari Mesir yang mewah dan berjalan di tengah padang gurun menuju tanah perjanjian memang adalah hal yang menyakitkan bagi daging dan membuat orang selalu ingin menoleh ke belakang. Berjalan menuju puncak gunung Sion, gunung kesucian Allah, memang tidak akan pernah nyaman bagi kedagingan dan tabiat manusiawi kita. Penolakan, perbantahan, dan persungutan adalah hal yang normal terjadi bagi mereka yang mata rohaninya masih dibutakan oleh iblis 2Kor.4:4 sehingga tidak dapat melihat tanah tujuan yang permai Kej.49:14-15. Justru segala perlawanan ini akan menjadi berkat terselubung bagi yang mata rohaninya celik, seperti Musa, Yosua, dan Kaleb, karena inilah cara Allah mengolah kita untuk menjadi makin serupa dengan Dia.
CONCLUSION & CHALLENGE
What it’s all about?
Kisah hidup Musa mengajarkan bagaimana kita harus meresponi anugerah Allah, panggilan Allah, juga pengolahan Allah dalam hidup kita. Tuhan mau memakai kita menjadi alat-Nya untuk membawa api kebangunan rohani di mana pun kita berada.
Insights and impressions:
Musa menikmati kesenangan yang jauh lebih besar dan lebih indah daripada yang dapat ditawarkan oleh Mesir (negeri paling berkuasa pada masa itu): berhadapan muka dengan Tuhan; berdiam dengan Tuhan 40 hari 40 malam di atas gunung Sinai; dibawa Tuhan ke surga sehingga tidak ada yang tahu kuburnya sampai hari ini. Kemuliaan yang sama juga disediakan Tuhan bagi yang mau meresponi anugerah-Nya, panggilan-Nya, dan pengolahan-Nya, karena Tuhan ingin mengubah kita menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
Next steps:
Ketika Tuhan menimbulkan suatu keinginan dalam hati kita. Mari kita meresponi dengan baik: mendoakannya, memeriksanya dalam terang kebenaran Firman Tuhan, dan menindaklanjutinya. Jangan takut dan khawatir dengan segala pertanyaan yang mungkin akan timbul. Jangan menyerah dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang kita miliki, karena Tuhan yang mengerjakan keinginan juga akan mengerjakan tindakan melalui hidup kita. AMIN.